Penjelasan Sejarah Ilmu Nahwu Wajib Kamu Ketahui

Gambar Produk

Apakah penting mengenal Sejarah Ilmu Nahwu ? berikut penjelasan dari Imam Adz-Dzahabi (748 H) rahimahullah menukilkan sejarah dibentuknya kaedah Nahwu. Beliau berkata:

Ali –radhiyallahu ‘anhu– pernah memerintahkan Abu Al-Aswad Ad-Dualiy untuk membuat kaidah tata bahasa (nahwu) ketika beliau mendengar banyak kesalahan dalam berbahasa.

Abu Al-Aswad pun memperlihatkan hasil yang ia susun.

Ali berkata: “Bagus sekali nahwu (arti nahwu: arah/cara) yang engkau tempuh ini!”

Sejak saat itulah, ilmu tersebut dinamakan nahwu (yang berarti “arah” atau “cara”).

Imam Adz-Dzahabi menyebutkan beberapa riwayat yang menjadi sejarah dibentuknya Nahwu. Di antaranya:

1. Dari Asim, ia berkata:

Suatu ketika Abu Al-Aswad datang menemui Ziyad –saat itu menjabat semacam gubernur– dan berkata:

“Aku melihat orang-orang Arab telah banyak bergaul dengan orang-orang non-Arab sehingga bahasa mereka menjadi rusak. Izinkan aku membuat aturan/kaedah bahasa Arab yang bisa memperbaiki bahasa mereka.”

Ziyad menjawab: “Tidak.”

Beberapa waktu kemudian, datanglah seseorang kepada Ziyad dan berkata:

“Semoga Allah memperbaiki keadaanmu, wahai pemimpin.

تُوُفِّيَ أَبَانَا وَتَرَكَ بَنُوْن

'Tuwuffiya abaana wa taraka banuun'

Ayah kami telah meninggal dan meninggalkan anak-anak.”

(Seharusnya yang benar: تُوُفِّيَ أَبُوْنَا وَتَرَكَ بَنِيْن)

'Tuwuffiya abuuna wa taraka baniin'

Mendengar kesalahan bahasa itu, Ziyad berkata: “Panggilkan Abu Al-Aswad kepadaku.”

Ketika Abu Al-Aswad datang, Ziyad berkata kepadanya: “Buatkanlah untuk orang-orang itu kaedah bahasa Arab (Nahwu) yang sebelumnya aku larang engkau.”

Maka Muhammad bin Sallam Al-Jamhi berkata: “Orang yang pertama kali membuat kaedah nahwu seperti fa’il, maf’ul, rofa, nashob, jar, dan jazm adalah Abu Al-Aswad Ad-Dualiy.”

2. Al-Mubarrid meriwayatkan dari Al-Mazini, ia berkata:

“Sebab munculnya penyusunan kaidah nahwu adalah karena suatu hari putri Abu Al-Aswad berkata kepadanya:

مَا أَشَدُّ الحَرِّ!

'Ma asyaddu al harri'

Sesuatu apakah yang paling panas?

(Padahal maksud putri beliau:

مَا أَشَدَّ الحَرَّ!

'Ma asyadda al harra'

Betapa panasnya hari ini!)

Abu Al-Aswad mengira ia bertanya, lalu menjawab: ‘Kerikil di tanah panas.’

Putrinya pun menjelaskan: ‘Aku tidak bertanya, aku hanya kagum dengan panasnya.’

Mendengar itu, Abu Al-Aswad berkata: ‘Apakah sampai seperti ini orang-orang sudah keliru dalam berbahasa?!’

Ia lalu melaporkan hal tersebut kepada Ali –radhiyallahu ‘anhu–. Maka Ali memberikan kepadanya dasar-dasar ilmu nahwu, dan Abu Al-Aswad pun menyusunnya serta mengembangkannya setelah itu.”

3. Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy bercerita:

“Aku pernah masuk menemui Ali bin Abi Thalib, saat itu beliau terlihat termenung. Aku pun bertanya: ‘Wahai Amirul Mukminin, apa yang sedang engkau pikirkan?’

Ali menjawab: ‘Aku mendengar banyak orang di negeri kalian mulai keliru dalam berbahasa. Karena itu aku ingin membuat sebuah pedoman tentang kaedah dasar-dasar bahasa Arab.’

Aku berkata: ‘Jika engkau melakukannya, maka engkau telah menyelamatkan kami.’

Beberapa hari kemudian aku datang lagi, lalu beliau memberikan kepadaku sebuah lembaran yang berisi:

‘Ucapan manusia terbagi menjadi tiga: isim (kata benda), fi’il (kata kerja), dan huruf (kata sambung).

Isim adalah kata yang menunjukkan nama sesuatu,

fi’il adalah kata yang menunjukkan gerakan atau perbuatan sesuatu,

sedangkan huruf adalah kata yang memberi makna tetapi bukan isim dan bukan fi’il.’

Kemudian beliau berkata kepadaku: ‘Tambahkanlah dan lanjutkan penyusunan ini.’

Lalu aku pun mengumpulkan beberapa tambahan dan memperlihatkannya kembali kepada beliau.”

Silsilah Ilmu Nahwu:

Dari Ali kepada Abu Al-Aswad Ad-Dualiy, dari Abu Al-Aswad kepada Anbasah al-Fil, kemudian dari Anbasah diambil oleh Maimun al-Aqran.

Lalu dari Maimun, ilmu itu diambil oleh Abdullah bin Abi Ishaq al-Hadrami.

Kemudian dari Abdullah bin Abi Ishaq, diambil oleh Isa bin Umar.

Dari Isa bin Umar, diambil oleh Khalil bin Ahmad.

Dari Khalil bin Ahmad, diambil oleh Sibawaih.

Dan dari Sibawaih, diambil oleh Said al-Akhfasy.

(Sumber: Siyar A’lam An-Nubala, oleh Adz-Dzahabi: 4/82-84)

maka dari itu arofta academy akan membukan pembelajaran khusus untuk kelas nahwu shorof yang bisa kalian ikuti di arofta academy.

Posting Komentar