Pengertian dan keutamaan Ilmu Nahwu

Gambar Produk

PENGERTIAN DAN KEUTAMAAN NAHWU, Ketahuilah, wahai penuntut ilmu – semoga Allah merahmatimu dan kami – bahwa sudah selayaknya bagi siapa saja yang ingin mempelajari sebuah ilmu untuk mengetahui sepuluh prinsip dasarnya yang memberikan gambaran tentang ilmu tersebut sebelum memulainya. Prinsip-prinsip ini telah dirangkum oleh Ash-Shobban [wafat 1206 H] -semoga Allah merahmatinya- dalam bait-bait syair berikut:

إن مبادئ كل فن عشـرة …. الحـدّ والموضــوع ثم الثمرة
ونســـبته وفضله والواضع …. والاسم والاستمداد حُكم الشارع
مسائلٌ والبعضُ بالبعض اكتفى …. ومن دَرى الجميع حـاز الشرفا

Sesungguhnya prinsip setiap ilmu ada sepuluh
Definisi, objek, lalu buahnya (manfaatnya)
Dan hubungan (posisi), keutamaannya, serta peletaknya
Nama, sumber, hukum mempelajari dalam syariat
Permasalahan, dan sebagian (orang) dengan sebagian (yang lain) telah merasa cukup
Dan siapa yang menguasai semuanya, maka dialah yang meraih kemuliaan.

Barangsiapa yang mengetahui sepuluh prinsip dasar ini, maka ia telah menguasai (gambaran) ilmu tersebut dan memahaminya dengan pemahaman yang baik, sehingga hal itu bisa menyesuaikannya untuk memasuki studinya (pembelajarannya) dengan studi yang mendasar.

pengertian keutamaan ilmu nahwu

Prinsip Pertama: Definisi Ilmu Nahwu

Nahwu secara bahasa: Kata tersebut bisa digunakan dalam beberapa makna, di antaranya:

  1. Keserupaan dan Kemiripan: Seperti perkataanmu "Zaidun nahwu 'Amrin", artinya serupa dan mirip dengannya.
  2. Perkiraan dan Kuantitas: Seperti perkataanmu "Ma'ī nahwū kīlū", artinya kira-kira setara dengan satu kilo.
  3. Arah: Seperti perkataanmu "Sāfartu nahwa Makkata", artinya menuju ke arah Makkah.
  4. Maksud/Tujuan: Seperti perkataanmu "Nahauthu nahwuka", artinya aku bermaksud (mengikuti) maksudmu.

Nahwu menurut istilah para ulama: Ilmu tentang kaidah-kaidah yang dengannya diketahui keadaan akhir-akhir kata bahasa Arab dalam keadaan tersusun (dalam kalimat), baik dari segi i'rab (perubahan akhir kata) maupun bina' (kekakuan akhir kata).

Prinsip Kedua: Objek Ilmu Nahwu

Objek ilmu Nahwu adalah kata-kata bahasa Arab ditinjau dari perbedaan keadaan yang mempengaruhinya ketika tersusun (dalam kalimat).

Prinsip Ketiga: Manfaat Mempelajari Ilmu Nahwu

Di antara manfaat (buah/hasil) yang diharapkan dari mempelajari ilmu Nahwu adalah:

  1. Memahami Al-Qur'an Al-Karim dan Hadis Nabi dengan pemahaman yang benar.
  2. Mengetahui kemukjizatan Al-Qur'an Al-Karim dan memahami rahasia-rahasianya.
  3. Menjaga lisan dari kesalahan pengucapan, tangan dari kesalahan penulisan, akal dari kesalahan pemahaman, dan anggota badan dari kesalahan dalam beramal.

Prinsip Keempat: Hubungan Ilmu Nahwu

Ilmu Nahwu dikategorikan (dinisbatkan) ke dalam ilmu-ilmu bahasa Arab.

Prinsip Kelima: Keutamaan Ilmu Nahwu

Keutamaan ilmu Nahwu sangatlah agung, karena dengannya dapat dibedakan antara ucapan yang benar dan yang rusak (cacat). Ia adalah pilar utama dan hukum tertinggi bagi bahasa Arab. Orang yang tidak menguasainya akan terbongkar (ketidaktahuannya) dengan banyaknya kesalahan.

Prinsip Keenam: Peletak Dasar Ilmu Nahwu

Peletak dasar-dasar ilmu Nahwu adalah Abul Aswad Ad-Du'ali (semoga Allah merahmatinya) [wafat tahun 69 Hijriah].

Sebab Ditentukannya (Ilmu Nahwu):

Suatu ketika, Abul Aswad masuk menemui putrinya. Putrinya berkata kepadanya: "Wahai Ayah,

مَا أَشَدُّ الْحَرّ

Artinya (dengan didhommah huruf Dal) yaitu Kapan (waktu/bulan) musim panas yang paling ekstrem?
Abul Aswad mengira putrinya sedang bertanya dan meminta penjelasan kepadanya, maka ia menjawab: "(Ini) bulan Shafar."
Putrinya lalu berkata: "Wahai Ayah, sesungguhnya aku sedang mengabarkan kepadamu, bukan bertanya kepadamu."

Kemudian Abul Aswad mendatangi Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, dan berkata: "Wahai Amirul Mukminin, bahasa Arab telah mulai hilang karena bercampur dengan orang non-Arab. Aku khawatir, jika keadaan ini berlangsung lama, bahasa Arab akan punah." Ali bertanya: "Apa yang terjadi?" Lalu Abul Aswad menceritakan kejadian dengan putrinya.

Maka Ali radhiyallahu 'anhu memerintahkannya untuk merumuskan ilmu Nahwu, dan mendiktekan kepadanya: "Seluruh ucapan tidak keluar dari tiga unsur: Isim (Kata Benda), Fi'il (Kata Kerja), dan Huruf yang bermakna." Kemudian Ali merancang semua pokok-pokok ilmu Nahwu, yang kemudian disampaikan dan dikembangkan lebih lanjut oleh para ahli nahwu.[1]

Kamu bisa lebih tentang sejarah ilmu nahwu di artikel kami sebelumnya.

Prinsip Ketujuh: Nama Lain Ilmu Nahwu

Di antara nama-nama untuk ilmu Nahwu adalah:

  • Ilmu Nahwu
  • Ilmu I'rab
  • Qawa'idul I'rab (Kaidah-Kaidah I'rab)

Prinsip Kedelapan: Sumber Pengambilan Ilmu Nahwu

Ilmu Nahwu mengambil materinya dari tiga sumber:

  1. Al-Qur'an Al-Karim.
  2. As-Sunnah An-Nabawiyyah (Hadis Nabi).
  3. Ucapan bahasa Arab yang fasih (Syair dan Prosa).

Prinsip Kesembilan: Hukum Syariat dalam Mempelajari dan Mengajarkan Ilmu Nahwu

Hukum mempelajari dan mengajarkan ilmu Nahwu adalah fardhu kifayah. Apabila sudah ada sejumlah orang yang mempelajari ( belajar nahwu ) dan mengajarkannya hingga dianggap cukup, maka kewajiban itu gugur dari yang lain.

Prinsip Kesepuluh: Permasalahan dalam Ilmu Nahwu

Di antara permasalahan yang dikaji dalam ilmu Nahwu adalah:

  • Marfu': Rafa' pada Fa'il (Subjek), Mubtada', dan Khabar.
  • Manshub: Nashab pada Maf'ul (Objek), Hal (Kata Keterangan Situasi), dan Zharf (Kata Keterangan Waktu/Tempat).
  • Majrur: Jar pada Mudhaf Ilaih (Kata yang dimiliki), dan kata setelah huruf jar.
  • Majzum: Jazm pada Fi'il Mudhari' (Kata Kerja Bentuk Non-Lampau).
  • Mabni: Bina’ pada Huruf, Fi'il Madhi (Kata Kerja Bentuk Lampau), dan Fi'il Amr (Kata Kerja Perintah).

_________________
Sumber: Al-Mukhtasar Fii an-Nahwi karya Khalid bin Mahmud Al-Juhani, hal. 12–16.
[1] Lihat: Kitabul Aghani karya Abul Farj al-Asbahani (12/4464).

Posting Komentar